1. Pengertian Intelegensi
Intelegensi atau kecerdasan merupakan kata benda yang menerangkan kata
kerja atau kata keterangan, seseorang menunjukkan intelegensinya ketika
ia bertindak atau berbuat dalam situasi secara inteligent / cerdas atau
bodoh, intelegensi seseorang dapat dilihat dalam caranya orang tersebut
berbuat atau bertindak.
Woodworth mengemukakan bahwa intelegensi erat hubungannya dengan intelek
atau pengetahuan. Karena intelegensi dapat dikatakan intelek yang siap
digunakan. Misalnya dalam menulis surat, mengarang, menerima dan
menyerap pelajaran dsb. Jadi intelegensi adalah kemampuan umum mental
individu yang tampak dalam caranya bertindak, berbuat atau dalam
memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi
a. Pembawaan
Ialah kemampuan / potensi yang dibawa sejak lahir
b. Kematangan
Ialah kesiapan suatu fungsi atau potensi untuk dikembangkan
c. Pembentukan
Ialah segala faktor luar yang akan mempengaruhi perkembangan intelegensi
d. Minat
Ialah sikap senang terhadap sesuatu hal
e. Kebebasan
Ialah kondisi psikologi yang dapat mempengaruhi sikap, performance /
aktivitas seseorang dalam berbuat / mencapai tujuan dalam mewujudkan
dirinya.
3. Ciri-Ciri Perbuatan Intelegensi
Dari beberapa pendapat yang telah diungkapkan oleh para ahli, maka kan
diperoleh suatu pengertian intelegensi dengan memberikan ciri-ciri
individu. Yang dikatakan intelegensi yaitu:
1. Kemampuan menyelesaikan masalah. Anak dapat dikatakan mempunyai
kecerdasan (inteligen) yang baik jika ia mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri
2. Kemampuan menciptakan / mengkombinasikan sesuatu yang baru.
Seseorang dalam perkembangannya menggunakan daya cipta, sebagai hasil
kreativitas yang diperoleh dari potensi dasar yang dimiliki anak
tersebut
3. Kemampuan menemukan sesuatu yang baru, yang diperoleh dari hasil pengamatan atau pengalamannya terhadap lingkungan
4. Kemampuan memanfaatkan hasil pengetahuan yang diperoleh dari lingkungannya kedalam bentuk nyata
5. Kempuan mengkomunikasikan keinginan dan kebutuhan yan timbul dari motif diri
6. Kemampuan memahami ungkapan / keinginan dan kebutuhan orang lain terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya.
4. Pengukuran Intelegensi
Intelegensi / kecerdasan antara anak yang satu dengan anak yang lain
berbeda. Dalam psikologi, pengukuran intelegensi dilakukan dengan suatu
alat psikodiagnostik tertentu yang biasa disebut dengan psikotes. Karena
berbagai macam tes yang digunakan oleh psikologi. Maka salah satu tes
tersebut adalah tes intelegensi. Dengan maksud untuk mengungkap
kemampuan / kecerdasan individu, mulai dari anak-anak sampai dengan
beranjak dewasa.
Dari hasil pengukuran akan diperoleh tingkatan intelegensi dengan
bervariasi pendapat, diantaranya tingkat jenius, normal, rendah,
terbelakang
- Jenius
Kemampuan yang luar biasa, dalam ukuran / tingkatan diatas 140
- Normal
Mempunyai tingkatan ukuran yang rata-rat 100-110, atau yang disebut kecerdasan yang rata-rata
- Rendah
Kemampuan dibawah rata-rata, tingkat ukurannya antara 70-90
- Keterbelakangan
Anak yang mempunyai kemampuan sangat rendah dan sangat sulit untuk
melakukan tugas atas dirinya. Diantara keterbelakangan ini disebut
dengan
a. Idiot (IQ 0-29)
Keterbelakangan yang sangat rendah sekali kemampuannya seperti anak bayi
b. Imbecile (IQ 30-40)
Lebih meningkat dari idiot, biasanya anak yang umur 7 tahun kemampuan kecerdasannya sama dengan anak yang berumur 3 tahun
5. Intelegensi dan Berpikir
Intelegensi dan berpikir adalah dua hal yang saling berkaitan. Berpikir
melibatkan manipulasi dan transformasi informasi dalam memori. Kita
dapat berpikir secara konkret (membayangkan) dan abstrak (merenungkan).
Kita juga dapat berpikir tentang masa lampau dan masa depan bagaimana
cara mengatasinya, semua itu tidak terlepaas dari kecerdasan dan
berpikir. Keterpaduan antara intelegensi dan berpikir dapat memperoleh
tipe-tipe berpikir. Berpikir kritis, berpikir ilmiah dan penyelesaian
masalah.
- Berpikir kritis
Cara mendorong siswa berpikir kritis adalah dengan menghadapkan mereka pada topik-topik yang kontroversial (berdiskusi)
- Berpikir ilmiah
Pemikiran ilmiah bertujuan mengidentifikasi hubungan sebab akibat (melakukan eksperimen)
- Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah meliputi usaha menemukan cara menyesuaikan masalah untuk mencapai tujuan
6. Intelegensi dan Prestasi Belajar
Dalam proses perkembangan dan kehidupan anak sehari-hari tampak adanya
perbedaan kemampuan dalam melaksanakan aktivitas dan dalam menyelesaiakn
masalah. Pada umumnya anak-anak yang memiliki intelegensi yan tinggi
akan mampu dengan cepat dan berhasil melaksanakan dan menyelesaikan
tugaasnya. Tetapi sebaliknya anak yan kurang atau rendahintelegensinya
pada umumnya kurang mampu. Sehingga lambat / sulit dan kuran berhasil.
Oleh karena itu, di sekolah intelegensi anak juga akan mempengaruhi
kualitas prestasi hasil belajar mereka. Cepat lambatnya temppo
belajarnya siswa dalam menerima dan menyerap pelajaran dipengaruhi
tingkatan intelegensi. Demikian juga tinggi rendahnya prestasi hasil
belajar yang dicapai siswa juga tergantung pada taraf intelegensi.
7. Kecerdasan Emosional
Faktor intelegensi merupakan suatu ukuran keberhasilan seseorang dalam
belajar / meraih kesuksesan dalam hidupnya. Kenyataannya banyak orang
yang mempunyai intelegensi yang tinggi namun mengalami kegagalan. Maka
dapat dikatakan bahwa faktor yang paling dominan untuk mempengaruhi
keberhasilan dalam hidup bukan semata-mata ditentukan oleh tingginya
kecerdasan intelektual saja melainkan juga adanya kematangan emosional.
Daniel Coleman menyatakan bahwa banyak orang gagal dalm hidupnya bukan
karena intelektualnya rendah. Melainkan karena kurang memiliki
kecerdasan emosional. Dan tidak sedikit orang sukses dalam hidupnya
karena mereka memiliki kecerdasan emosional, meskipun intelegensinya
hanya pada tingkat rata-rata.
Dari hasil survey Coleman menyimpulkan bahwa generasi sekarang lebih
banyak mengalami kesulitan emosional dari pada generasi sebelumnya.
Mereka lebih kesepian, pemurung, lebih beringas dan kurang menghargai
sopan santun, lebih gugup dan mudah cemas. Kecerdasan emosi merujuk
kepada kemampuan-kemampuan mengendalikan diri, memotivasi diri dan
berempati.
Unsur-unsur kecerdasan emosional:
1. Kesadaran diri
- Mengenal dan merasakan emosi sendiri
- Mengerti penyebab emosi yang timbul
- Memahami pengaruh emosi terhadap tindakan
2. Mengelola emosi
- Mempunyai sikap toleransi terhadap amarah yang timbul
- Mampu mengungkapkan amarah dengan penjelasan
- Mengendalikan perilakuagresif yang merusak diri sendiri dan orang lain.
- Memiliki perasaan positif terhadap segala unsur
- Memiliki kemampuan untuk mengatasi stress
- Mampu menghilangkan perasaan kesepian dan kecemasan
3. Memanfaatkan emosi secara produktif
- Mempunyai rasa tanggung jawab
- Kemampuan memusatkan perhatian pada tugas yang sedang dikerjakan
- Mempu mengendalikan diri dan tidak bersifat impulsif
4. Empati
- Mempunyai kemampuan melihat dan menerima sudut pandang orang lain
- Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain
- Pendai mendengarkan pembicaraan orang lain
5. Membina hubungan
- Memiliki kemampuan menganalisa hubungan dengan orang lain
- Mampu menyelesaikan konflik dengan orang lain
- Memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain
- Sikap bersahabat dan mudah bergaul dengan teman sebaya
- Mempunyai perhatian dan tenggang rasa terhadap orang lain
- Senang berbagi rasa dan bekerja sama
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. M. Djawad Dahlan , Dr. H. Syamsu Yusuf. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja
Drs. H. M. Alisuf Sabri. Psikologi Pendidikan
Abu Bakar Baraja. Psikologi Perkembangan
Posting Komentar